Minggu, 01 Februari 2015

Cinta dan Sang Maha Cinta



Ya Allah, aku jatuh cinta.
Sudah lama kurasakan ini.
Rasaya indah sekali, ya Allah..
Lucu, haru, sedih, marah, dan bahagia bagaikan satu paket dalam Cinta.
Ya Allah, aku menyukainya. Maafkan aku karena terlanjur menaruh rasa padanya.
Kini, kami terpisahkan oleh ruang.
Ya Allah, kalau aku boleh bertanya, bagaimana rasanya cinta yang dibalas?
Yang menghasilkan melodi indah dari tepukan kedua tangannya? Bagaimana? Jujur, aku penasaran. Tidak… tidak… tak hanya penasaran, tapi aku ingin.. aku ingin tahu, ingin memahami.
Cinta-ku bisu, ya Allah….
Balasannya pun bisu.
Entah apa yang membuatku masih bertahan padanya, pada dia yang membisu.
Aku berharap.. tapi, terkadang aku bingung, apa yang kuharapkan selama ini? Apakah berharap cinta-ku dapat bersuara?
Ya Allah, aku mencintai-Mu..
Bantu aku mencintainya dengan cara-Mu..
Ridhoi aku mendo’akannya karena-Mu..
Engkau sang Maha Cinta.
Aku yakin, tak ada cinta yang buruk.
Tak jarang aku merasa sepi.. namun aku terus menguatkan diri, bahwa Kau ada, selalu ada, dan akan terus ada untukku, dia, dan mereka.

Suatu hari, saat engaku mempertemukan kami di ruang yang sama, aku mencoba bersikap biasa padanya. Malah, aku terkesan apatis akan kehadirannya.
Andai kau tahu…
Aku sungguh menahan…menahan emosi yang hampir membuncah….

Dengan IStighfar, aku membatasi pujianku terhadapnya dan menahan nafsuku untuk sekedar mencari tahu keberadaannya.
Dengan Bismillaah, aku mencoba menyapanya, memastikan padanya bahwa aku ‘tidak ada apa-apa’ dengannya. Dia dan aku, sama dengan kita terhadap oranglain.
Seperti itu yang kurasakan padamu, Cinta.
Kuharap kau mengerti…
Komunikasi lewat doa.. mendoakan untuk kebahagiaan satu sama lain.
Cinta, boleh aku jujur? Hingga saat ini, aku belum pernah mendapat jawaban darimu.
Selama ini, aku hanya menerka-nerka..
Antara “Ya” atau “Tidak”
Dan jawaban-ku terpaut pada “Mungkin”. Mungkin Ya, dan Mungkin Tidak.
Cinta, saat ini, kuserahkan dirimu pada sang Maha Cinta.
Ia memiliki hak kelak kau akan berlabuh dimana… Di pelabuhan yang dulu membuat kau hadir, atau di tempat baru yang memang Ia kehendaki?
Wallahu a’lam, Cinta….
Kini, yang tersisa hanya ingatan tentang siluet tubuhnya, samar-samar suaranya, dan potongan2 adegan mengesankan bersamanya selama aku merasakan adanya engkau, Cinta..
Terima kasih atas segala rasa yang kau hadirkan selama ini.
Ya Allah, terima kasih atas scenario yang kau buat tentang ku dan tentang dia yang hingga saat ini masih tersimpan dalam memori..
Terima kasih…


Bekasi, 1 February 2015
12.06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar