sumber : http://dedisufyadi.blogdetik.com/?p=8
SOSIOLOGI DAN PENYULUHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN
Posted by dedisufyadi on Feb 26, 2012 in Tulisan Ilmiah |
Subscribe
ABSTRAK
Bahwa
pembangunan pertanian bukan hanya menyangkut aspek ekonomi dan aspek
teknik semata, namun menyangkut pula aspek sosial dan aspek
pengembangan sumberdaya petani. Permasalahannya bagaimana ke dua mata
kuliah yaitu, sosiologi pertanian dan penyuluhan pertanian mampu
memberikan kontribusinya bagi terciptanya keberhasilan pembangunan
pertanian tersebut.
Metode kajian dilakukan melalui
pendekatan deskriptif analisis. Analisis didasarkan pada pengalaman
mengajar sosiologi pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
yang masih belum berpengalaman.
Kesimpulan kajian
pertama, pendidikan sosiologi pertanian dituntut untuk memberi
penguatan terhadap pembangunan pertanian melalui pengembangan riset
sosial. Kedua, pendidikan penyuluhan pertanian dituntut untuk memberi
penguatan terhadap pembangunan pertanian melalui pemberdayaan
masyarakat tani. Disarankan, ke dua mata kuliah tersebut patut
disinergikan bagi keberhasilan pembangunan pertanian. Dengan kata lain
aktifitas riset sosial perlu difokuskan kepada pemecahan masalah
pemberdayaan masyarakat tani.
__________
Kata Kunci : Sosiologi pertanian, Penyuluhan pertanian; dan Pembangunan pertanian.
I. PENDAHULUAN
Bahwa
pembangunan pertanian dalam tulisan ini diposisikan sebagai upaya
kebijakan, program dan proyek bukan sebagai mata kuliah. Pembangunan
pertanian yang bukan hanya menyangkut aspek teknik dan aspek ekonomi
semata. Namun pembangunan pertanian yang menyangkut pula aspek sosial
dan pengembangan sumberdaya manusia. Cukup tepat kira nya menurut
Ariif Budiman
(2000) bahwa, pada dasar nya masalah pembangunan sebenarnya terletak
pada masalah materi yang mau dihasilkan dan di bagi, serta pada masalah
manusia yang menjadi pengambil inisiatif yang menjadi manusia
pembangun. Memang, yang nama nya pembangunan seutuh nya adalah
pembangunan yang mampu memberi manfaat kepada para pihak dan mampu
menumbuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi yang sebelum nya
membutuhkan ada nya persepsi dan motivasi.
Meminjam pemikiran
Prof. Gunawan Satari, Prof Herman Soewardi; dan Prof. Imang Hasansulama dalam
Dedi Sufyadi
(1999); pembangunan pertanian dapat di definisikan minimal dari tiga
aspek pendekatan yaitu teknik; ekonomi dan aspek sosial. Menurut
pemikiran teknis, pembangunan pertanian mengandung arti peningkatan akal
dan karya manusia melalui pengendalian proses biologis dan produksi
dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna memenuhi kebutuhan manusia.
Pemikiran ekonomi menyiratkan bahwa, pembangunan pertanian adalah
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan dalam bidang pertanian; termasuk
perubahan sosial yang seringkali ditafsirkan dengan modernisasi.
Pemikiran sosial menjelaskan bahwa, pembangunan pertanian adalah proses
belajar, proses penyuluhan; proses komunikasi dan proses sosial yang
banyak berhubungan dengan mental. Dalam aspek sosial ini lah mata kuliah
sosiologi pertanian dan penyuluhan pertanian diharapkan dapat
memberikan kontribusi nya.
Mosher,A.T. (1974) menyatakan
bahwa, keberhasilan pembangunan pertanian salah satu nya ditentukan
oleh tercipta nya kegiatan di desa yang meliputi penelitian, penyediaan
input produksi pertanian; menciptakan struktur pedesaan progresif;
memberikan rangsangan membangun; memperbaiki tanah pertanian; dan
pendidikan teknis. Permasalahannya, bagaimana ke dua mata kuliah yaitu,
sosiologi pertanian dan penyuluhan pertanian mampu memberikan
kontribusi nya bagi tercipta nya keberhasilan pembangunan pertanian
tersebut.
Dalam konteks itu lah penulis menduga bahwa, sosiologi
pertanian dan penyuluhan pertanian sebagai mata kuliah dituntut untuk
memberi penguatan terhadap pembangunan pertanian. Dengan demikian
pembangunan pertanian tidak sekedar jadi pelengkap penderita, dan hanya
mengejar pertumbuhan semata. Pembangunan pertanian dapat pula
menciptakan pemerataan dan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Dalam hal ini tampak nya sosiologi pertanian perlu lebih fokus pada
pengembangan riset sosial, sedangkan penyuluhan pertanian sebagai mata
kuliah perlu lebih fokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat tani.
II. SOSIOLOGI PERTANIAN
Sosiologi
pertanian identik dengan ilmu masyarakat pertanian. Dalam konteks
wawasan kebudayaan, sosial; dan individual; sosiologi pertanian
dipelajari minimal mencakup tiga aspek yaitu struktur sosial, proses
sosial dan perubahan sosial. Struktur sosial dipelajari melalui teori
struktur, proses sosial dipelajari melalui teori kultur; dan aspek
perubahan soial dipelajari melalui teori perubahan sosial. Begitu hal
nya tentang masyarakat pertanian dipelajari tidak terbatas pada
masyarakat tani di pedesaan tapi menjangkau pula terhadap masyarakat
tani di tingkat nasional. Perluasan wawasan itu lah yang perlu mewarnai
pendidikan sosiologi pertanian di masa mendatang.
Dari ke tiga
aspek tersebut untuk kepentingan pendidikan sosiologi pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dijabarkan ke dalam satuan
acara perkuliahan sebagai berikut : sejarah pertanian, hubungan petani
dengan tanah; ciri-ciri kehidupan masyarakat tani; struktur masyarakat
tani; pertanian tradisional dan pertanian kontemporer; inovasi dan
komunikasi teknologi; pelapisan sosial; perubahan sosial; kepemimpinan;
pembangunan dan modernisasi. Namun patut disadari bahwa, satuan acara
perkuliahan tersebut belum bersifat runtut dan komprehensip, tapi masih
banyak ruang kosong yang masih perlu di isi atau di substitusi. Oleh
karena nya forum lokakarya yang diselenggarakan oleh UNPAD ini menjadi
penting guna mendapatkan substansi baru bagi pendidikan sosiologi
pertanian dan penyuluhan pertanian.
Sebenar nya kurang lebih lima
puluh tahun yang lalu atau tepat nya pada akhir tahun empat puluhan
dan awal tahun lima puluhan, para akhli sosiologi yang bergerak di
dalam dunia pedesaan dan pertanian membedakan antara sosiologi
pertanian dengan sosiologi pedesaan. Perlu diketahui sosiologi
pertanian seperti sosiologi industri adalah sosiologi aktifitas (
Ganjar Kurnia,
2004). Begitu hal nya di Faperta Unsil, mata kuliah sosiologi
pertanian itu sebelum nya bernama sosiologi pedesaan. Tampak nya
perbedaan antara sosiologi pertanian dengan sosiologi pedesaan pun
perlu dibicarakan hingga tuntas dalam forum lokakarya.
Menurut
Dedi Sufyadi
(2011), sosiologi pertanian merupakan wacana seputar problematik
masyarakat pertanian yang demikian kompleks. Problem yang berada pada
tiga pilar besar yaitu proses sosial, struktur sosial dan perubahan
sosial. Pola-pola kebudayaan yang senantiasa berkembang dinamis turut
mewarnai problematik kemasyarakatan, terutama masyarakat pertanian.
Dengan demikian diskursus tentang sosiologi pertanian tidak sekedar
menyangkut konsep-konsep teoritik yang sempit, tetapi menyangkut pula
tentang refleksi terhadap permasalahan faktual. Untuk itu tidak lah
salah apabila sosiologi pertanian turut andil dalam memecahkan
permasalahan dari sudut pandang aspek sosial demi keberhasilan
pembangunan pertanian.
Ganjar Kurnia (2004) berpendapat
bahwa, tema yang di usung di dalam sosiologi pertanian, mulai dari yang
bersifat mikro, seperti interaksi antar petani, interaksi petani
dengan pelaku lain; tingkatan
meso seperti lembaga dan
oreganisasi pertanian (termasuk organisasi pertanian modern), kebijakan
pertanian; perundang-undangan pertanian dan interaksi atau dampak dari
berbagai kebijakan ; aturan; interaksi antar pelaku pertanian terhadap
kehidupan petani dan pertanian secara umum.
Berbicara tentang
kontribusi sosiologi pertanian untuk pembangunan pertanian, menurut
penulis sebaik nya sosiologi pertanian mampu menanggung beban sebagai
wadah kajian untuk keperluan riset sosial. Substansi riset sosial yang
di kaji dalam sosiologi pertanian antara lain : Kajian yang bersifat
kuantitatif seperti, pembinaan kelembagaan kepada anggota, partisipasi
anggota kelompok tani; keterlibatan warga dalam kelompok tani; tingkat
pendidikan; mata pencaharian; hubungan antar lembaga; tingkat
kemakmuran masyarakat; dan masalah kependudukan (
Rusidi,
1992). Kajian yang bersifat kualitatif antara lain tentang soal
kehidupan keagamaan petani; soal mobilitas kerja petani; soal potensi
dan prospek kelompok tani; soal koperasi petani; dan soal partisipasi
petani dalam pembangunan pertanian yang mengandalkan pada
rekonseptualisasi upaya pemecahan masalah.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Muchtar Buchori dalam
Ganjar Kurnia
(2004) yaitu, di dalam bidang penelitian, ada harapan bahwa ilmu sosial
bukan hanya sekedar melukiskan serta menerangkan kenyataan yang ada.
Setiap penelitian harus selalu dilakukan untuk memperbaiki situasi
sosial yang ada dan meluruskan ketimpangan yang ada. Kewajiban moral
peneliti di dalam memahami masyarakat yang diteliti, memetakan situasi
problematik yang dihadapi masyarakat yang di teliti untuk kemudian
mendampingi mereka secara mental dan intelektual dalam usaha mereka
untuk mendatangkan perbaikan yang mereka dambakan.
III. PENYULUHAN PERTANIAN
Penyuluhan
pertanian identik dengan pendidikan pertanian. Bagi petani yang umum
nya masih rendah tingkat pendidikan nya, tentu nya kegiatan penyuluhan
ini sangat diperlukan; agar pembangunan pertanian kita dapat dirasakan
langsung oleh kelompok sasaran. Terus terang sampai kini pembangunan
pertanian kita masih memprihatinkan saja. Belum ada peningkatan, yang
ada hanya lah kemarginalan. Di sini lah tantangan bagi mata kuliah
penyuluhan pertanian untuk dapat menyuguhkan bagaimana strategi
penyuluhan pertanian yang paling tepat bagi masyarakat.
Rachbini, D.J. (2001),
menyatakan bahwa jika selama ini pembangunan ekonomi di negeri ini
belum berhasil merembes ke bawah, penyebab nya karena pembangunan
ekonomi yang dijalankan telah mengabaikan dimensi etika dan unsur
manusia sebagai subjek pembangunan itu sendiri. Di sini mengandung arti
bahwa, tumbuh nya partisipasi masyarakat tani dalam pembangunan
pertanian sangat lah penting. Guna menumbuhkan partisipasi masyarakat
tani tersebut tidak dapat lepas dari kegiatan penyuluhan pertanian.
Efektif nya kegiatan penyuluhan pertanian, tentu nya akan membuat
transfer ilmu dan teknologi di bidang pertanian akan berjalan lebih
lancar.
Pendidikan penyuluhan pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Siliwangi disampaikan beberapa materi antara lain, tentang
falsafah, azas dan prinsip penyuluhan; Fungsi, tujuan dan kemudahan
penyuluhan; Proses belajar mengajar; Proses adopsi dan difusi inovasi;
Metode penyuluhan; Sistem penyuluhan pertanian; Trilogi penyuluhan
pertanian; Pembinaan Kelompok Tani; Peranan penyuluh dalam modernisasi
pertanian; Etika penyuluhan; Sistem kerja penyuluhan pertanian; Program
penyuluhan pertanian; dan Evaluasi penyuluhan. Materi yang berupa
satuan acara perkuliahan ini tampak nya masih perlu diluruskan
berhubung di samping mata kuliah penyuluhan pertanian ini masih ada
mata kuliah lain yang lebih bersifat introduksi maupun
advanced seperti mata kuliah pengantar penyuluhan pertanian maupun mata kuliah metode penyuluhan pertanian.
Berbicara
tentang kontribusi mata kuliah penyuluhan pertanian untuk pembangunan
pertanian, sebaik nya penyuluhan pertanian sebagai mata kuliah itu
mampu berperan dalam upaya pemberdayaan masyarakat tani yang sekarang
ini merupakan kebutuhan mendesak. Dalam hal ini mata kuliah penyuluhan
pertanian mesti mampu memberi kontribusi dari segi substansi bagi upaya
pemberdayaan masyarakat tani. Melalui forum lokakarya ini, diharapkan
kontribusi mata kuliah penyuluhan pertanian terhadap pembangunan
pertanian akan terungkap lebih nyata.
Menurut
Ibrahim Ohrella
(2001) bahwa, tanpa keberpihakan kepada pemberdayaan masyarakat tani,
akan semakin sangat mustahil untuk dapat membimbing petani menjadi
subjek pembangunan turut serta dalam transformasi struktural, apalagi
kualitas sumberdaya manusia pertanian di dominasi tenaga kerja
berpendidikan rendah. Memang, bila kita melakukan riset dan menelaah
identitas responden umum nya petani kita berpendidikan SD/SR. Kenyataan
pun kian menghawatirkan mengingat hampir 50 persen tenaga kerja kita
itu merupakan petani. Sudah tentu keadaan ini merupakan salah satu
kendala dalam pembangunan pertanian dan sumberdaya manusia pertanian
itu sendiri.
Dengan melihat fenomena yang terjadi di lapangan
itu, sudah dapat dibayangkan bagaimana kompleks nya permasalahan
pembangunan sumberdaya manusia masyarakat petani di Indonesia. Untuk
membangun citra pertanian yang tangguh dan modern, upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia pertanian merupakan persoalan yang sangat
mendasar.
Kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat tani harus seiring dengan arah baru pembangunan nasional, yaitu :
Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat
Pemantapan
otonomi dan desentralisasi melalui pendelegasian wewenang lebih luas
kepada masyarakat dan aparat daerah untuk melaksanakan program
pembangunan, serta
Pemantapan perubahan struktur
masyarakat melalui penerapan teknologi baru yang dilakukan melalui
peningkatan kegiatan sosial ekonomi produktif yang berorientasi pada
pembangunan yang berkelanjutan berkaitan dengan arah baru pembangunan
pertanian.
Ke depan, paradigma pembangunan pertanian
adalah pertanian berkelanjutan yang berada dalam konteks pembangunan
manusia. Paradigma pembangunan pertanian ini, bertumpu pada kemampuan
bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan kemampuan
sendiri. Pembangunan pertanian berkebudayaan industri merupakan langkah
strategis dalam mewujudkan pembangunan pertanian yang menempatkan
pembangunan berorientasi pada manusia sebagai tolok ukur nya. Berkaitan
dengan itu, pengembangan kapasitas masyarakat (
capacity building) merupakan implementasi pembangunan yang berdimensi pembangunan sumberdaya manusia.
Sumberdaya
manusia merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam
upaya perbaikan pembangunan pertanian, Faktor sumberdaya manusia
pertanian dikelompokkan sebagai berikut : masyarakat tani, petugas
pertanian mulai dari PPL sampai dengan aparat tngkat pusat; aparat
pembina mulai Camat sampai Gubernur; dan aparat penunjang kgiatan
pertanian. Di sini PPL boleh dikatakan sebagai jadi ujung tombak dalam
kegiatan penyuluhan pertanian.
Program pendampingan petani
merupakan salah satu cara untuk pemberdayaan dan meningkatkan
kemampuan petani di samping kegiatan penyuluhan yang selama ini telah
berlangsung. Khusus nya program pendampingan, diperlukan penataan
sistem yang mengarah dan berorientasi pada tujuan dan sasaran yang
jelas. Tujuan dan sasaran bukan merupakan sesuatu yang abstrak tapi
sebaliknya adalah sesuatu yang dapat di ukur. Dengan demikian maka
evaluasi pencapaian tujuan dan sasaran dapat dilakukan dengan akurat.
Kegiatan pencapaian tujuan dan sasaran akan lebih terarah apa bila
tujuan dan sasaran dirumuskan secara berjenjang dan bertahap. Selanjut
nya, petani harus senantiasa membuka diri guna menerima informasi yang
berkenaan dengan upaya peningkatan produksi, tanpa hal ini mustahil
akan terjadi ada teknologi..
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
(1).
Pendidikan sosiologi pertanian di tuntut untuk memberi penguatan
terhadap pembangunan pertanian melalui pengembangan riset sosial.
Semakin berkembang riset sosial diharapkan aspek sumberdaya manusia
dalam pembangunan pertanian dapat lebih diperhatikan. Dengan demikian
tentu nya essensi pembangunan akan lebih berkualitas..
(2).
Pendidikan penyuluhan pertanian di tuntut untuk memberi penguatan
terhadap pembangunan pertanian melalui pemberdayaan masyarakat tani.
Semakin berkembangnya kegiatan penyuluhan pertanian diharapkan aspek
pemberdayaan masyarakat tani akan lebih menonjol. Dengan demikian tentu
pula essensi pembangunan pertanian akan lebih luas. Antara teori
dengan kenyataan menjadi tak terlalu senjang.
4.2. Saran
Pada
dasar nya pendidikan sosiologi pertanian dan penyuluhan pertanian
memiliki kaitan erat dan memiliki manfaat yang tak jauh beda. Oleh
karena nya ke dua mata kuliah tersebut patut disinergikan bagi proses
pembangunan pertanian. Untuk itu guna meningkatkan efektifitas
pemberdayaan masyarakat tani pengembangan riset sosial perlu difokuskan
pada pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat tani tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Budiman. 2000.
Teori Pembangunan Dunia Ke Tiga. Penerbit PT. Gramedia. Pustaka Utama . Jakarta.
Dedi Sufyadi. 1999.
Pembangunan Pertanian, Dasar dan Permasalahannya. Buku Ajar. Unpublish.
Dedi Sufyadi. 2011.
Petunjuk Praktek Sosiologi Pertanian. Unpublish.
Ganjar Kurnia. 2004
. Petani Pejuang Yang Terpinggirkan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Sosiologi Pertanian Pada Fakultas Pertanian UNPAD Bandung.
Ibrahim Ohorella. 2004.
Pemberdayaan Masyarakat Tani. Pascasarjana UNPAD. Unpublish.
Mosher,A.T. 1974.
Menciptakan Struktur Pedesaan Progressif.C.V. Yasaguna. Jakarta.
Rachbini,D.J. 2001
. Pembangunan Ekonomi Sumberdaya Manusia. Penerbit P.T. Gramedia Mediasarana Indonesia. Jakarta.
Rusidi. 1992
. Pengukuran Variabel. Penerbit UPT. IKOPIN. Bandung.
Dr. Dedi Sufyadi
Dosen Faperta Unsil Tasik.