Minggu, 12 April 2020

Aku, Apa Maumu?


Apa aku kehilangan hak dalam memilih?
Gumamku sambil menatap ruangan kosong di depanku.
Apa orang sepertiku tidak boleh punya selera?
Protesku pada sebagian diriku yang lain.
Aku harus tahu diri.
Tegasku.

Suatu keberuntungan, aku menyukai seseorang yang rupawan.
Tapi sungguh, jika itu yang kujadikan dasar, entah berapa ratus orang yang aku cintai.

Ada sesuatu yang bahkan aku sendiri tak menemukan jawabannya.
Tapi, apa salah, jika aku memupuk rasa pada mereka yang rupawan?
Ini terjadi begitu saja. Bahkan dalam sepersekian detik.

Kamu tahu?
Pikiranku bahkan berperang sebelum aku menyatakan “Ya, Aku Suka Dia”
Aku tahu diri.

Tapi, kamu tidak salah, kawan.
Aku seperti tak mampu membeli cermin.
Aku sibuk mencintai, hingga lupa memandangi sosok dipantulan sana.

“Kamu tidak sebaik itu untuk mendapatkan yang baik”
Bisik hatiku.
Ya, benar.

Hidupku penuh khayal.
Aku tahu keajaiban itu ada, tapi aku lupa, aku hidup di sebuah kenyataan.

Aku terdiam tak tahu arah.
Harus menunggu atau bergerak.
Dua pikiran berkecamuk.
Satu, memintaku untuk terus memulai.
Satu lainnya, ingin aku bersabar sembari memperbaiki diri.

Untuk memulai, nampaknya aku lelah.
Di usiaku saat ini, diabaikan nampaknya terasa lebih sakit.
Aku, lebih memilih yang kedua.

Tapi, lagi-lagi orang sibuk mengoreksi.
Katanya, aku seperti tak berusaha.
Tidak, kawan.

Bisa jadi, aku telah mengenal cinta lebih dulu dibanding kalian.   
Tapi, entah apa yang salah
Aku akan lari jika ada yang mendekat

Apa karena aku terbiasa mengejar?
Entahlah..
Bahkan diriku pun tak tahu jawabannya.

Akhir kisah ini masih menjadi titik-titik panjang
Cerita khayalku yang lalu, tetap menjadi khayalan
Aku dijaga oleh Sang Maha Cinta

Ah, aku sendiri bingung
Aku sibuk menuntut seseorang untuk menerimaku
Tapi, aku sendiri belum mampu

Aku, apa maumu?



-Tfvy-

Selasa, 04 Februari 2020

Masa Jaya 2015 - titik titik

Bismillaah..
Kalo pertama aku membuat tulisan lagi disini, setelah sekian lama vakum.

Apa kabar semua?
Baik, yah.. In syaa Allah baik.

Kawan, di tahun ini, aku menginjak usia 24. Tak terasa ya?

Terakhir menulis di blog ini, statusku masih mahasiswa tingkat 1.

Time flies so fast..

Bahas tentang kuliah, ada satu memori indah di tahun 2015, selain ke-hectic-an kegiatanku kala itu.

Aku bertemu dengan seseorang, yg tak ku kenal sebelumnya.
Aku sempat mengingat warna bajunya, tapi kini lupa, karena kejadiannya sudah 5 tahun silam.

Aku duduk di sudut kiri ruangan, sedang ia, ada di sebrang.

Aku memulai cerita ini.

Aku melawan diriku sendiri kala itu.

Aku tau, bahwa menjaga pandangan itu harus. Tapi saat itu, aku kalah.

Pandanganku fokus pada suatu objek. Lelaki pendiam, yg hanya berbicara saat dibutuhkan.

Aku ini juara dalam mencuri pandang. Tapi sayang, dia sadar. Dan seperti biasa, aku salah tingkah.

Narasi hidup tentang ku dan tentangnya makin berkembang.
Dia mengukir setidaknya beberapa memori saat kami bersama.
Kamu tau? Aku masih mengingatnya lho.

 Lalu di 2016, aku meminta seorang teman utk menyampaikan perasaanku pada dia, si lelaki yg kutemui 2015 dalam sebuah kepanitiaan kampus.
Responnya baik. Dan akhirnya aku terjebak dalam romansa _chatting_ .
Aku sadar itu salah, tapi jiwa mudaku memberontak. Menganggap enteng hal tersebut.

2017, aku mendengar kabar bahwa ia bertunangan. Momen ini dekat dengan jadwal wisudaku.
Aku memilih menarik diri darinya. Segala arah komunikasi, kubatasi. Aku ingin menjaga hati.

Tahun berganti. 2018, entah ada angin apa, aku membuka hatiku kembali. Aku penasaran, di sudah ke jenjang itu atau belum.
Oh iya, saat ia tunangan, aku sudah menyiapkan kado pernikahan lho. Jaga2, barangkali aku diundang dan tak bisa datang. Kado itu kutitipkan ke sahabatku. Sampai hari ini.

Lanjut.. Ya, aku membuka profil sosial medianya. Ada yg ganjal. Video tunangannya dihapus.
Aku senang? Tidak. Aku khawatir. Ada apa?

Dan memang dasar takdir, aku tiba-tiba mendapat kabar dari sahabatku tentang hal tersebut.

Aku termenung.
"Perasaan gue ga doa yg buruk2 buat dia" gumamku.


Tahun - tahun berlalu..
Komunikasi kita hanya lewat intuisi. Saling sibuk menebak satu sama lain, mungkin. Atau hanya aku saja? Hehe


Kamu tau?

Aku masih disini. Tetap di tempat yang sama saat kita berpamitan kala itu.

Entah apa yang kutunggu.

Dan mengapa aku memilih menetap.

Kita pernah hampir berasa di ruang yg sama. Tapi, ada sesuatu yg menarikmu menjauh.


Bisa jadi, jarak ini Allah ciptakan utk kita saling menjaga diri masing-masing.

Entah kamu atau orang lain yg kutemui disana, aku percaya, aku akan bahagia.

Dan aku berharap ada keajaiban,

Kamu membaca ini.

Terkesan tak mungkin, tapi keinginanku utk  menulis disini pun, muncul tiba-tiba.


Mari kita lihat ..


Bekasi, 4/2/2020

Rabu, 17 Januari 2018

Re-la-tion-ship

Ketika berbicara tentang sebuah hubungan, alam bawah sadar mengarahkan kita pada sebuah objek bernama "Cinta".

--sebuah hubungan antar dua sejoli yang sedang dimabuk asmara, katanya.

Tapi itu dulu, pikiranku saat masih duduk di bangku SMA.

Hubungan, memiliki makna yang amat luas. Tidak hanya dua sejoli, bahkan negara pun dapat menjalin hubungan. Hubungan diplomatis.

Bahkan, sebuah kejadian pun memiliki hubungan dengan kejadian lain, yang sering kita sebut kebetulan.

Bagaimana bisa kita menggambarkan suatu hubungan?

--
Suatu malam, tiba-tiba aku teringat pada sebuah masakan, Pesmol Ikan Mujair. 

hmm enak kayanya, gumamku.

Pagi hari, kebiasaanku setelah bangun tidur adalah berjalan menuju dapur dan melihat menu masakan hari ini.
Ajaib.
Ikan Mujair berbumbu kuning dengan cabai rawit hijau utuh itu tersedia di meja makan.
Aku heran.
Aku mengatakannya hanya pada diriku sendiri.
Mama ajaib.

--

Hubungan antar ibu dan anak di atas menggambarkan bahwa hubungan adalah sesuatu yang unik. Sang Anak belum sempat mengutarakan keinginannya pada Sang Ibu, tapi yang terjadi persis seperti yang diinginkan oleh Sang Anak.
Ajaib memang.

Hubungan, tak akan pernah terjadi tanpa izin Tuhan. Seperti kebetulan.  

Minggu, 01 Februari 2015

Cinta dan Sang Maha Cinta



Ya Allah, aku jatuh cinta.
Sudah lama kurasakan ini.
Rasaya indah sekali, ya Allah..
Lucu, haru, sedih, marah, dan bahagia bagaikan satu paket dalam Cinta.
Ya Allah, aku menyukainya. Maafkan aku karena terlanjur menaruh rasa padanya.
Kini, kami terpisahkan oleh ruang.
Ya Allah, kalau aku boleh bertanya, bagaimana rasanya cinta yang dibalas?
Yang menghasilkan melodi indah dari tepukan kedua tangannya? Bagaimana? Jujur, aku penasaran. Tidak… tidak… tak hanya penasaran, tapi aku ingin.. aku ingin tahu, ingin memahami.
Cinta-ku bisu, ya Allah….
Balasannya pun bisu.
Entah apa yang membuatku masih bertahan padanya, pada dia yang membisu.
Aku berharap.. tapi, terkadang aku bingung, apa yang kuharapkan selama ini? Apakah berharap cinta-ku dapat bersuara?
Ya Allah, aku mencintai-Mu..
Bantu aku mencintainya dengan cara-Mu..
Ridhoi aku mendo’akannya karena-Mu..
Engkau sang Maha Cinta.
Aku yakin, tak ada cinta yang buruk.
Tak jarang aku merasa sepi.. namun aku terus menguatkan diri, bahwa Kau ada, selalu ada, dan akan terus ada untukku, dia, dan mereka.

Suatu hari, saat engaku mempertemukan kami di ruang yang sama, aku mencoba bersikap biasa padanya. Malah, aku terkesan apatis akan kehadirannya.
Andai kau tahu…
Aku sungguh menahan…menahan emosi yang hampir membuncah….

Dengan IStighfar, aku membatasi pujianku terhadapnya dan menahan nafsuku untuk sekedar mencari tahu keberadaannya.
Dengan Bismillaah, aku mencoba menyapanya, memastikan padanya bahwa aku ‘tidak ada apa-apa’ dengannya. Dia dan aku, sama dengan kita terhadap oranglain.
Seperti itu yang kurasakan padamu, Cinta.
Kuharap kau mengerti…
Komunikasi lewat doa.. mendoakan untuk kebahagiaan satu sama lain.
Cinta, boleh aku jujur? Hingga saat ini, aku belum pernah mendapat jawaban darimu.
Selama ini, aku hanya menerka-nerka..
Antara “Ya” atau “Tidak”
Dan jawaban-ku terpaut pada “Mungkin”. Mungkin Ya, dan Mungkin Tidak.
Cinta, saat ini, kuserahkan dirimu pada sang Maha Cinta.
Ia memiliki hak kelak kau akan berlabuh dimana… Di pelabuhan yang dulu membuat kau hadir, atau di tempat baru yang memang Ia kehendaki?
Wallahu a’lam, Cinta….
Kini, yang tersisa hanya ingatan tentang siluet tubuhnya, samar-samar suaranya, dan potongan2 adegan mengesankan bersamanya selama aku merasakan adanya engkau, Cinta..
Terima kasih atas segala rasa yang kau hadirkan selama ini.
Ya Allah, terima kasih atas scenario yang kau buat tentang ku dan tentang dia yang hingga saat ini masih tersimpan dalam memori..
Terima kasih…


Bekasi, 1 February 2015
12.06

Sabtu, 31 Januari 2015

Cinta 1/2 Meter



Kebisingan dalam kelas kala itu yang menyambutku. Mereka sibuk dengan perkenalan diri satu dengan yang lainnya. Sedang aku? Aku hanya menempel dengan teman-teman yang sudah kukenal sebelumnya. Ya, saat itu aku pemalu, sulit untuk bersosialisasi. Tidak PD sih lebih tepatnya.
Andini dan aku memilih barisan yang didominasi oleh kaum hawa, sedang baris lainnya, khususnya barisan ujung, bak benteng bagi kaum adam yang “rajin”, “pendiam”, dan sifat-sifat “baik” lainnya. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik.
Sisi demi sisi kelas kuperhatikan dengan lekat. Mencoba berdaptasi dengan suasana baru ini. Wajah-wajah teman kuperhatikan satu demi satu seraya menerka sifat mereka. Namun seketika kebisingan itu berubah dengan suara Sssuut sssutt diiringi dengan kerusuhan mereka dalam mencari tempat duduk. Ada apa?
Assalamu’alaikum.. Siang anak-anak..”
Wa’alaikumussalam..” Jawab kami serempak.
“Ini kelas 8.7? Kelasnya pindah, ya. Disana, yang dekat lapangan” jelas Pak Tono.
Kami pun sibuk mengikuti arah gerak tangan beliau yang menunjuk dua kelas di sisi lapangan. Yang mana, sih? Kanan? Kiri? Bisik-bisik seisi kelas terdengar sangat jelas.
“Kalian langsung kesana, ya.. Wassalamu’alaikum”
Pamitnya beliau diiringi oleh kerusuhan kami yang berusaha menerobos pintu. Tak sedikit dari kami yang berlarian demi mendapatkan tempat duduk ‘strategis’.
 Din, kita dapet kursi bagian tengah” Euphoria yang tak terbendung langsung kutunjukkan pada Dini yang saat itu masih berjibaku melewati kerumunan orang yang sedang sibuk mencari tempat duduk. Dini tampak senang ketika mengetahui aku sudah mencapai ‘finish’. Langkahnya makin mantap untuk menerobos dinding manusia itu.
Yeah.. yeah……” Euphoria Dini tak kalah seru ketika sudah sampai ke tempat duduk kami.
                Selang beberapa menit, seorang guru wanita berkacamata memasuki kelas kami. Seketika kelas menjadi hening.
“Assalamu’alaikum… Ini 8.7? Sudah pada kenal saya, ‘kan?”
“Sudah, Bu.”
 “Ini barisannya kok  gini, ya? Nggak rapih. Ini perempuan semua, yang itu laki-laki semua. Dirapikan ya”
Perintah Bu Marni mendapat respon yang beragam. Dari yang apatis, kritis hingga anarkis. Saat itu, aku berharap yang terbaik.
“Kamu, ya, kamu”
Lamunanku buyar saat Bu Marni menunjuk ke arah kami. Ya, kami.
“Pindah ke kursi belakang yang disana ya.”
Pandanganku langsung meluncur ke arah target. Disana??? Ya, disanalah tempat yang tadi kusebut ‘benteng’. Astaghfirullaah. Dengan langkah gontai kami menuju ‘benteng’ itu.
Aku meraba-raba mimik wajah orang-orang disekitarku. Jadi, konsep tempat duduk dikelas ini adalah selang-seling antar laki-laki dan perempuan. Biar akrab (katanya). Mau tidak mau kami berkenalan dengan ‘tetangga’ yang duduk didepan kami.
“Hey.. Kenalan dong. Kalian siapa? Gue Andini.”
Dini dengan ramahnya memulai percakapan. Satu dari mereka merespon.
“Gue Yudhi, ini teman gue Aldi.”
“Gue Tira.”
Sejak saat itu kami berempat makin dekat. Dengan alibi “Tulisan Tidak Terlihat”, Yudhi dan Aldi selalu mengandalkan kami jika ada pelajaran yang mengharuskan mencatat materi, juga berbagi jawaban PR. Setiap harinya selalu ada tawa yang menghiasi wajah kami. Ya, kami menjadi akrab.
***
“Eh.. eh, Di.. Tau nggak? Tira tuh suka sama lo.” Tukas seorang teman yang membalas keisenganku dengan membeberkan rahasia yang selama ini kusimpan.
“Ih, engga… enggak, Males banget ih suka sama dia.” Respon-ku spontan.
Hah? Apa yang kukatakan barusan? Setelah kalimat itu meluncur, tak henti-hentinya aku mengutuk diri seraya memandangi punggung Aldi. Tampak belakang dia terlihat santai. Aldi maaf…. Bisikku dalam hati, berharap dapat terdengar olehnya.
Bicara mengenai Cinta, aku mengibaratkan itu sebagai “Jumping Love”. Hanya dengan mendengar namanya, membayangkan mimic wajahnya, mengingat memori tentangnya, detak jantung dan denyut nadi beriringan dengan merdunya. Lup Dup Lup Dup. Seperti ada sesuatu yang melompat-lompat dihatiku.  
Tak jarang pendangan kami terpaut di sepersekian detik yang kemudian kami hempaskan jauh-jauh dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.
Pernah suatu hari, saat pertama kalinya ia memberikan emoticon diakhir teksnya. Sungguh, itu membuatku bahagia sekali. Mungkin saat itu aku gila, bahagia hanya karena melihat ‘titik dua kurung tutup’.
Dengan dipisahkan oleh satu buah meja dan beberapa senti sandaran kursi, dia masih terasa jauh untuk kugapai. Ya, aku menyukainya entah sejak kapan. Aku sempat menolak perasaan ini, tapi apa daya. Perasaan ini makin kuat. Entah karena apa.
Sebagian teman dekatku mengetahui hal ini. Tak jarang mereka meng-coding Aldi. Namun sepertinya ‘kode’ yang ditujukan berlebihan, bukannya mendekat, bayangannya hanya menjadi sesuatu yang maya untukku. Ia pindah tempat duduk. Dan jarang merespon sms-ku lagi.
Mungkin selama ini aku terlalu menggegamnya. Menutup erat ia di dalam ruangan gelap yang tak ber-ventilasi.
Cinta tidak seperti itu, Tira. Cinta membutuhkan nafas. Ia tak akan bertahan jika kau tak memberikan sedikit pun celah untuknya.
Dan yang kudapat sekarang hanya memori berupa siluet ekpresinya dan beberapa potong adegan ‘mengesankan’ sejak perasaan itu hadir. 
Cinta itu sederhana. Sesederhana saat kau merasakan bahwa ia ada, ia hadir, dan ia nyata.


Based on True Story
(Nama tokoh disamarkan)

Senin, 05 Mei 2014

Pink’s Virus ; “A” Syndrome ; Gara-gara Beras



Assalamu’alaikum, Cus.. Udah lama yaaa kita ngga berbagi cerita.. Maaf.. Guenya kemarin-kemarin lagi ngga ada gairah buat sharing sama lu..
Hmm.. langsung mulai aja yaa..
Gini, Cus.. lu tau “virus merah jambu” kan??? Nahh.. setelah sekian lama, gue ngerasain lagi, Cus. Tapi, gue belum tau yang gue rasain ini bakal berakhir sama kaya kisah-kisah sebelumnya atau ngga……harapan gue sih ngga, Cus. Jujur yaaa, gue cape hati, Cus ;(
Hmmmm.. kita masuk ke inti cerita, yaaaaa…
Kemarin, tepatnya hari Sabtu, 3 Mei 2014, salah satu himpunan mahasiswa yang gue ikutin di kampus ngadain acara ‘selamat datang’ buat para pengurus baru. Acara makrab gitu. Awalnya gue berniat ngga dateng, soalnya di tanggal 30 gue sempet ngebela-belain pulang ke Bekasi buat ngehadirin resepsi pernikahan kakak gue. Niatnya sih mau libur panjang di Bekasi, tapi ternyata hari Sabtu-Minggu ada acara si himpunan itu. Awalnya bĂȘte sih, tapi yaudahlaaahhh.. ini komitmen yang harus gue jalanin *Mencoba Bijak* :D kwkwkw
Oke, acara tersebut di agendakan sekitar jam 8 pagi waktu Jatinangor dan bertempat di secretariat Higrologi yang berada di kawasan D3 Faperta UNPAD. Gue sama Mbo Yen berangkat dari asrama jam 7. Kita sempet janjian juga sama Mba Des di ATM Centre. Sengaja kita berangkat pagi, mengingat perjalanan itu akan menjadi perjalanan panjang yang lumayan melelahkan. Karena, di hari Sabtu, odong-odong yang biasanya mengangkut kita berkeliling UNPAD, tidak beroperasi. Jadi, keadaan itu mengharuskan kita berjalan kaki dari ‘kaki gunung unpad’ sampai ‘puncak gunung unpad’ :’)
Sesampainya disana, belum ada satu pun peserta Cosmology yang hadir. Hmmm baiklaaahh =_=zzzzzzz udah tuh kita duduk di teras RSG D3 sambil nyanyi-nyanyi, ngobrol dan lain-lain
Satu jam berlalu, akhirnya pada pukul 9, peserta Cosmology berkumpul. Kita dipersilakan memasuki ruang RSG yang lega itu. Gue dan yang lainnya duduk di lini kiri baris ke-3. Singkat cerita, MC membacakan daftar nama kelompok peserta Cosmology, setelah itu MC memerintahkan pada kita untuk duduk per kelompok.
Gue dapet kelompok 4. Ada 5 anggota yang terdiri atas 3 cewe dan 2 cewe. Dan gue satu-satunya angkatan 2013 disitu @_@ kaku? SANGAT. Pas kita kumpul, itu adalah hal yang sangat meng-awkward-kan --_-- semua diam. Hening. Untung aja ada salah satu senior yang riweuh, jadinya ngga kaku-kaku amat. Skip skip skip… kita disuruh keluar ruangan. Games. Yaudah… gue kira pos gamesnya Cuma yang ada di lapangan basket, ternyata kita diharuskan jalan-jalan smape Ciparanje -_-“””””
Perjalanan menuju Ciparanje lumayan menantang. Dengan busana gue yang pakai rok, itu lumayan me------- hmmmm -_- gue harus ngelangkahin pambatas parkiran di rektorat, manjat-manjat  bukit.. iya sih jalan pintas….. yaaaa tapiiiiiii x_x
Oke… sesampainya di Ciparanje, kita disambut dengan sorak sorai bergembira dari para panitia penjaga pos 2. Disitu ada 5 pos games. Pos 1, lomba makan kerupuk. Pos 2, lomba memisahkan bulir beras yang masih utuh dengan yang bubuk. Pos 3, lomba penamaan benih. Pos 4, lomba penamaan gulma disekitar. Dan, pos 5, lomba golf terong.
Kelompok gue yang terdiri dari 5 orang langsung mengatur formasi sekompeten mungkin. Dan gue didaulat untuk menjadi delegasi di pos 2, pos BERAS.
System dari games ini sendiri bersifat estafet. Waktu pun berlalu. Kerupuk di pos 1 pun sudah di lahap habis dengan si Pelomba. Dan saat giliran gue main, itu adalah saat-saat yang sangat un-tell-able. Ya, gue harus memisahkan beras utuh dengan beras bubuk. Meeeeeeeeeeeeeennnnnn… kurang kerjaaaannnnn sekali ; _ ; ditengah ke-absurd-an itu, tiba-tiba ada suara “Ini boleh dibantuin ngga?” dibalas dengan suara yang disertai gemuruh sorak sorai yang tidak jelas “Boleh”. Dengan sigap, si “Penanya” langsung mengambil posisi jongkok dan mulai membantu menitili  satu demi satu bulir beras. Lalu, bak ada badai ditengah laut yang tenang, tiba-tiba terdengar suara-suara gaib “Ciee cieeeee,… benih-benih cinta” WHAT??????? O_O gue, dengan sok cool-nya tetap melanjutkan kegiatan menitili beras itu. padahal di dalam hati kaya ada gledek gede x_x aahhh itu awkward banget asli.
Setelah kegiatan itu, ada yang aneh dalam diri gue. Perlahan, gue menunjukkan sedikit demi sedikit gejala pink’s virus. Ohhhhh meeeeeeeeennnnnn >,< geli banget.. Cuma gara-gara beras. Ohh men >>>>>>,,,,<<<<<<<
And, believe it or not? Si “Beras” itu mempunyai nama dengan inisialllll……………………………………… (jeng jeng jeng jeng) …………………………………. “A”.

Rabu, 05 Maret 2014

thophick Blog'st: Variasi Jumlah Kromosom

thophick Blog'st: Variasi Jumlah Kromosom: Variasi jumlah kromosom dapat terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan set kromosom (genom) baik secara lengkap maupun sebagian. ...