Apa aku kehilangan hak dalam memilih?
Gumamku sambil menatap ruangan kosong di depanku.
Apa orang sepertiku tidak boleh punya selera?
Protesku pada sebagian diriku yang lain.
Aku harus tahu diri.
Tegasku.
Suatu keberuntungan, aku menyukai seseorang yang rupawan.
Tapi sungguh, jika itu yang kujadikan dasar, entah berapa
ratus orang yang aku cintai.
Ada sesuatu yang bahkan aku sendiri tak menemukan
jawabannya.
Tapi, apa salah, jika aku memupuk rasa pada mereka yang rupawan?
Ini terjadi begitu saja. Bahkan dalam sepersekian detik.
Kamu tahu?
Pikiranku bahkan berperang sebelum aku menyatakan “Ya, Aku
Suka Dia”
Aku tahu diri.
Tapi, kamu tidak salah, kawan.
Aku seperti tak mampu membeli cermin.
Aku sibuk mencintai, hingga lupa memandangi sosok dipantulan
sana.
“Kamu tidak sebaik itu untuk mendapatkan yang baik”
Bisik hatiku.
Ya, benar.
Hidupku penuh khayal.
Aku tahu keajaiban itu ada, tapi aku lupa, aku hidup di
sebuah kenyataan.
Aku terdiam tak tahu arah.
Harus menunggu atau bergerak.
Dua pikiran berkecamuk.
Satu, memintaku untuk terus memulai.
Satu lainnya, ingin aku bersabar sembari memperbaiki diri.
Untuk memulai, nampaknya aku lelah.
Di usiaku saat ini, diabaikan nampaknya terasa lebih sakit.
Aku, lebih memilih yang kedua.
Tapi, lagi-lagi orang sibuk mengoreksi.
Katanya, aku seperti tak berusaha.
Tidak, kawan.
Bisa jadi, aku telah mengenal cinta lebih dulu dibanding
kalian.
Tapi, entah apa yang salah
Aku akan lari jika ada yang mendekat
Apa karena aku terbiasa mengejar?
Entahlah..
Bahkan diriku pun tak tahu jawabannya.
Akhir kisah ini masih menjadi titik-titik panjang
Cerita khayalku yang lalu, tetap menjadi khayalan
Aku dijaga oleh Sang Maha Cinta
Ah, aku sendiri bingung
Aku sibuk menuntut seseorang untuk menerimaku
Tapi, aku sendiri belum mampu
Aku, apa maumu?
-Tfvy-